Adsentra

Sabtu, 20 Maret 2010

Italia Bongkar Konspirasi Besar Mossad-CIA Dalam Peristiwa WTC 11 September

Indonesia dalam ancaman besar agenda Zionist. hati2…ROMA (SuaraMedia News) – Mantan Presiden Italia Francesco Cossiga, yang menyatakan keberadaan Operasi Gladio, mengatakan kepada surat kabar Italia tertua dan paling banyak dibaca bahwa peristiwa 9/11 didalangi oleh dua lembaga intelijen CIA dan Mossad, dan bahwa ini adalah hal yang sudah diketahui secara luas di antara badan-badan intelijen global.

Dalam tulisan yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, Cossiga mengatakan kepada surat kabar Corriere della Sera: “Semua (badan intelijen) Amerika dan Eropa … mengetahui dengan baik bahwa serangan mematikan tersebut telah direncanakan dan menyadari dari Mossad, dengan bantuan dunia Zionis yang bermaksud untuk menempatkan negara-negara Arab di bawah tuduhan terorisme dan dalam rangka mendorong negara-negara adikuasa Barat untuk mengambil bagian di perang Irak dan Afghanistan.” “dan selanjutnya Iran, akan dijatuhi resolusi DK PBB tentang pengayaan nuklir nya”.

Cossiga terpilih sebagai presiden Senat Italia pada Juli 1983 sebelum memenangkan pemilihan umum untuk menjadi presiden negara pada tahun 1985, dan ia tetap menduduki jabatan tersebut hingga 1992.

Kecenderungan Cossiga yang terang-terangan mengacaukan pendirian politik Italia, dan ia dipaksa mengundurkan diri setelah mengungkapkan keberadaan Operasi Gladio, serta perannya dalam mendirikan operasi tersebut. Ini adalah jaringan intelijen yang buruk yang berada di bawah pengawasan NATO yang melakukan pengeboman di seluruh Eropa pada 1960-an, 1970-an dan ‘80-an. Spesialisasi Gladio adalah untuk melaksanakan apa yang mereka sebut “bendera palsu” dari operasi-serangan teror yang disalahkan pada oposisi domestik dan geopolitik.

Pada Maret 2001, agen Gladio Vincenzo Vinciguerra menyatakan, di bawah sumpah, “Anda harus menyerang warga sipil, orang-orang, perempuan, anak-anak, orang yang tidak bersalah, orang-orang tak dikenal yang jauh dari segala permainan politik. Alasannya cukup sederhana: untuk memaksa masyarakat untuk berpaling ke negara untuk meminta jaminan keamanan yang lebih besar.”

Cossiga pertama menyatakan keraguan tentang peristiwa 9 September 2001, dan dikutip oleh peneliti 9-11 Webster Tarpley, ia mengatakan “Para dalang serangan pasti memiliki pikiran yang canggih, yang disediakan dengan peralatan yang cukup tidak hanya untuk merekrut kamikaze fanatik, tetapi juga personil sangat khusus. Saya tambahkan satu hal: itu tidak dapat dilakukan tanpa adanya penyusupan di radar dan personil keamanan penerbangan.”

Berasal dari mantan kepala negara yang dihormati secara luas, pernyataan Cossiga bahwa serangan-serangan 9-11 merupakan pekerjaan orang dalam dan bahwa ini adalah pengetahuan umum di antara badan-badan intelijen global. Ini adalah satu lagi konfirmasi yang membuka mata, yang belum disebutkan oleh mesin propaganda Amerika di media cetak atau di TV. Namun demikian, karena pengalaman dan statusnya di dunia, Cossiga tidak bisa begitu saja dianggap sebagai orang gila.

Sejak serangan 11 September, berbagai teori konspirasi tentang peristiwa 9/11 telah diajukan di situs Web, buku, dan film. Banyak kelompok dan individu menyarankan teori-teori konspirasi 9/11 mengidentifikasi sebagai bagian dari 9/11 Truth Movement. Berbeda dengan teori-teori konspirasi tentang kematian Putri Diana, teori-teori konspirasi 9/11 tidak muncul segera setelah kejadian tersebut. Memang, ahli teori konspirasi paling profesional di Amerika Serikat tampaknya terkejut seperti seluruh populasi. Teori-teori yang pertama muncul berfokus terutama pada berbagai anomali (kejanggalan) dalam bukti-bukti yang tersedia untuk publik, dan pendukung kemudian mengembangkan teori lebih spesifik tentang dugaan plot.

Teori-teori yang pertama diuraikan muncul di Eropa. Mereka meliputi sebuah blog yang diterbitkan oleh Mathias Bröckers, seorang editor di surat kabar Jerman Die Tageszeitung pada waktu itu; buku “9 / 11: The Big Lie” oleh jurnalis Prancis Thierry Meyssan, buku “The CIA and September 11” yang ditulis oleh mantan menteri negara Jerman Andreas von Bülow dan buku “Operation 9 / 11”, yang ditulis oleh jurnalis Jerman Gerhard Wisnewski.

Sementara teori-teori ini sangat populer di Eropa, mereka diperlakukan oleh media AS dengan penuh kebingungan dan diberhentikan oleh pemerintah AS karena dianggap sebagai produk anti-Amerikanisme. Dalam sebuah pidato untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa pada November 10, 2001, Presiden Amerika Serikat George W. Bush mengecam munculnya “teori konspirasi yang keterlaluan”.

Pada tahun 2004, teori-teori konspirasi tentang serangan 11 September mulai memperoleh tempat di AS. Satu penjelasan untuk peningkatan popularitasnya adalah bahwa itu bukan karena penemuan bukti yang terbaru atau lebih menarik atau peningkatan kualitas teknis presentasi tentang teori-teori itu, melainkan tumbuhnya kritik terhadap Perang Irak dan presiden George W . Bush, yang telah terpilih kembali pada 2004.
Terungkapnya keberadaan spin doctor (orang yang tugasnya membalikkan fakta agar satu pihak terlihat lebih baik) dan kebohongan oleh para pejabat federal, seperti klaim tentang keberadaan senjata pemusnah massal di Irak, terlambatnya perilisan Arahan Harian Presiden tahun 6 Agustus 2001 dan laporan bahwa NORAD telah berbohong kepada Komisi 9/11, mungkin telah memicu teori konspirasi tersebut. (iw/pt)

(dikutip oleh www.suaramedia.com)

Sekarang mari kita analisa, ketika kita menonton TV atau membaca berita di Surat kabara, baru2 ini yang memenuhi media adalah tentang isu “Terrorisme”.

Logika sederhana, mari kita lihat liputan ulang beberapa sorotan media tentang terorisme, dan lebih parah lagi, bahwa “ISLAM ADALAH TERORIS”..

seputar sorotan media tersebut akan kelihatan janggal dan lucu, mulai dari pemberondongan noordin M top di temanggung-jawa tengah, selanjutnya isu BOM di cikeas,.. semuanya terlihat di buat-buat, dan kelihatan tidak logis. silahkan analisa ulang.

mengenai media baik TV maupun surat kabar,.. kita tahu, bahwa SCTV,TV-ONE, TRANS TV dan semua media nasional, juga surat kabar, adalah dibawah kendali kuasa dan kontrol ZIONIST, dan sudah barang tentu, apa yang akan diberitakan dan ditampilkan adalah segala hal yang mereka anggap menguntungkan bagi mereka(zionist) dan menghapus pemberitaan apa saja yang tidak menguntungkan bagi mereka.

Hati-hati lah menonton TV dan membaca Surat kabar, anda boleh percaya, tapi jangan memeakai kacamata kuda alias ditelan mentah2,.. ketika menyorot media, kita harus menganalisa dan selektif,..karna tanpa disengaja, sebenarnya program besar zionist untuk mengontrol umat manusia, sangat dipengaruhi oleh “Propaganda media” baik TV maupun surat kabar.

jangan heran bahwa pemberian label “teroris” pada umat islam, adalah agenda mereka untuk membenarkan mereka melalui legalitas PBB dan USA sebagai polisi dunia, untuk membantai umat muslim, seperti ditaliban,iraq, lebanon dan lain2.

kita juga tau, bahwa pengalihan isu “teroris” untuk melabelkan umat islam, adalah penipuan yang kontradiktif dengan fakta, yaitu PEMBUNUHAN MASSAL di PALESTINA, adalah bentuk terorisme yang sebenarnya,.. mereka (USA&ISRAEL DKK) adalah teroris yang sebenarnya.

Indonesia dalam ancaman besar agenda Zionist. hati2…

World Trade Center, New York (2001)

Kebocoran dokumen rahasia mengungkap bahwa pejabat senior dari pemerintahan Amerika sebelumnya memperingatkan pihak panel investigasi peristiwa 9/11 untuk tidak menyelidiki terlalu dalam terhadap serangan teroris tersebut.

Dalam sebuah surat yang didapatkan oleh American Civil Liberties Union (ACLU) disebutkan, Komisi 11 September tidak diijinkan menanyai tersangka teroris, mengingat pemerintah Bush berargumen bahwa dengan melakukan itu, panel akan melanggar batas dan menghalangi upaya pemerintah melindungi negara.

Menyebutkan urgensi perlindungan keamanan nasional termasuk perlindungan terhadap keselamatan warga Amerika dari serangan teroris di masa depan, pemerintah menuntut Komisi 11 September untuk tidak melangkah lebih jauh dengan menyelidiki lebih mendalam soal serangan teror yang menghancurkan menara kembar WTC, New York.

“Selaku pejabat tinggi Amerika Serikat bertanggung jawab untuk mematuhi hukum, fungsi pertahanan dan intelejensi pemerintah, kami mendesak agar Komisi Anda tidak mengejar lebih jauh permintaan yang telah diajukan untuk ikut dalam proses interogasi tahanan,” demikian disebutkan dalam surat tersebut.

Surat peringatan itu tertanggal 6 Januari 2004 dan ditandatangani mantan Jaksa Agung Ashcroft, Menteri Pertahanan Donald Rumsfeld, dan Direktur CIA George Tenet.

Komisi 11 September dibentuk pada November 2002 untuk menyiapkan jabaran komplit perihak serangan teror ke gedung kembar WTC yang hingga kini masih diselimuti banyak ketidakjelasan.

Seperempat orang dewasa di Amerika Serikat berpendapat bahwa serangan teroris 2001 direkayasa.

Sumber:

http://indonesian.irib.ir/index.php/option=com_content&view=article&id=19866&catid=26&Itemid=88

RT-Hampir satu dekade sejak terjadinya tragedi nasional 11 September, sebagian besar warga Amerika Serikat tetap menolak kebenarannya.

Seperti kebanyakan lainnya, seorang pencari fakta 11 September, Frank Agamemnon, akan menggelar konferensi selama dua hari di Pennsylvania dengan tema ‘Pengkhianatan di Amerika.’

Ratusan warga dari berbagai kota di Amerika mencari jawaban mulai dari para polisi, pejabat militer, jurnalis, dan insinyur. Mereka mendukung investigasi baru atas peristiwa 11 September.

“Pemerintah telah berbohong kepada kami tentang peristiwa 11 September. Dan jika kenyataaan yang sebenarnya terungkap, mungkin peperangan akan berakhir,” kata Agamemnon.

Pejabat FBI Colleen Rowley pada 2002 menuding bosnya gagal bertindak menyikapi informasi yang diterima sebelum peristiwa 11 September terjadi.

“Pemerintah akan menggunakan berbagai cara untuk menakut-nakuti, untuk mengacau para aktivis dan membungkam massa. Mereka telah melakukannya, dan akan melakukannya lagi,” kata Rowley.

Richard Gage, pendiri ‘Architects and Engineers for 9/11 Truth’, menegaskan lebih dari 1.100 pakar berpendapat bahwa penyebab runtuhnya gedung World Trade Center bukan tabrakan pesawat.

“Gedung-gedung itu hancur karena ledakan. Lebih dari seribu arsitek dan insinyur menuntut pihak Kongres mengeluarkan instruksi investigasi berdasarkan bukti-bukti kami.”

Di lain pihak, seorang penulis dan jurnalis independent Russ Baker, menilai upaya tersebut tidak akan membuahkan hasil.

Menurutnya “terdapat sebuah pemakluman penyensoran dalam kanal-kanal kekuasaan. Mereka tahu bahwa para bos tidak ingin mendengarnya. Dan mereka tidak ingin membahayakan profesi mereka.”

Tidak hanya itu, Agamemnon menegaskan: “Warga Amerika perlu untuk peduli, lebih banyak membaca, dan memahami kebohongan yang telah menyeret kita dalam berbagai peperangan.” (Russia Today)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar